A. Pengertian Umum :
Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan,
pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya.
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau
banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada
istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau
sekelompok warga dalam kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial adalah
perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke
lapisan yang lain. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu
departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan
gemilang.
Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil.
Ia melakukan investasi di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia
gagal dan akhirnya jatuh miskin. Proses perpindahan posisi atau status sosial
yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam struktur sosial
masyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial (social
mobility) Pengertian menurut Ahli :
Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari
satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang
satu ke strata yang lainnya. •
Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak
dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam
kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka
yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan
memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri
mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial
berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu
saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka
hidup dalam kelas sosial tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada
masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata.
Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah
strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang
menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila
seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada
pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih
tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi
kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak
sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
B. Bentuk-bentuk mobilitas sosial
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu
mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas social
vertical dapat dibedakan lagi menjadi social sinking dan social climbing.
Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas social antarwilayah
(geografis) dan mobilitas antargenerasi.
1. Mobilitas vertikal
Mobilitas Vertika : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang
atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas vertikal
mempunyai dua bentuk yang utama :
Mobilitas vertikal keatas
Mobilitas vertikal ke bawah
A. Mobilitas vertical ke atas (Sosial Climbing) Sosial climbing adalah
mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan
seseorang
Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial
yang lebih tinggi, dimana status itu telah tersedia. Contoh: A adalah seorang
guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat
menjadi kepala sekolah.
Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada
lapisan sosial yang sudah ada. Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan
seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status
sosialnya naik.
Adapun penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :
Melakukan peningkatan prestasi kerja
Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses
peralihan generasi
B. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking) Sosial
sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses
sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang karena ada
perubahan pada hak dan kewajibannya.
Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :
Turun nya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih
rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran
berat ketika melaksanakan tugasnya.
Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan
sosial. Contoh Tim Juventus terdegradasi ke seri B.
Penyebab sosial sinking adalah sebagai berikut.:
Berhalangan tetap atau sementara.
Memasuki masa pensiun.
Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di
pecat dari jabatannya.
2. Mobilitas horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok
orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal
merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat,
mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini
mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena
gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.
Mobilitas social horizontal dibedakan dua bentuk :
Mobilitas social antar wilayah/ geografis Gerak sosial ini
adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain
seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.Cara untuk melakukan mobilitas
sosial
Mobilitas antargenerasi Mobilitas antargenerasi secara umum
berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi
anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan
taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada
perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial
suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang
becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia
berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan
telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.
Mobilitas antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu
mobilitas intragenerasi dan mobilitas intergenerasi.
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Contoh: Pak
Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja
dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang
akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang
pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama
Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih
beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang
becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak.
Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut
sebagai mobilitas intragenerasi.
Mobilitas Intergenerasi adalah perpindahan status atau
kedudukan yang terjadi diantara beberapa generasi.
Mobilitas intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:
Mobilitas intergenerasi naik
Mobilitas intergenerasi turun Contoh : Kakeknya seorang
bupati, bapaknya seorang camat dan anaknya sebagai kepala desa.(intergenerasi
turun)
C. Hubungan Struktur Sosial dan Mobilitas Sosial
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa mobilitas sosial merupakan perpindahan
status ataukedudukan dari satu lapisan ke lapisan yanhg lain. Perpindahan
tersebut terjadi dalam suatu struktur sosialyang berdimensi vertikal, artinya
mudah-tidak nya seseorang melakukan mobilitas sosial tergantung dari struktur
sosial masyarakatnya.
1. Mobilitas sosial dalam sistem stratifikasi sosial terbuka
Masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan
pada para anggotanya untuk melakukan mobilitas sosial vertikal yang terjadi
dapat berupa sosial climbing ataupun sinking. Dalam sistem stratifikasi soaial
yang terbuka memungkinkan setiap anggota masyarakat bersikap aktif dan kreatif
dalam melakukan perubahan-perubahab untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya
Prinsip umum mobilitas sosial dalam masyarakat yang menganut stratifikasi
terbuka adalah sebagai berikut:
Tidak ada satu pun masyarakat yang mutlak tertutup terhadap
mobilitas sosial vertikal
Seterbuka apapun suatu masyarakat terhadap mobilitas sosial,
terkadang tetap ada hambatan-hambatan.
Setiap masayarakat pasti memiliki tipe mobilitas sosial
vertikal sendiri, tidak ada tipe yang berlaku umum bagi setiap
masyarakat.
Laju mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi,
politik, dan pekerjaan yang berbeda-beda.
Mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi,
politik, dan pekerjaan, tidak menunjukkan adanya kecenderungan yang kontinu
tentang bertambah atau berkurang laju mobilitas sosial.
2. Mobilitas Sosial dalam Sistem Stratifikasi Sosial yang
Tertutup
Pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial tertutup kemungkinan
terjadinya mobilitas sosial vertikal sangat kecil. Hal ini terjadi karena
masyarakatnya lebih mengutamakan nilai-nilai tradisional. Contohnya, masyarakat
suku Badui Dalam. Mereka lebih memilih menjaga nilai-nilai tradisional dan
menolak adanya perubahan. Dari uraian diatas, jelas terdapat hubungan antara
mobilitas sosial yang terjadi pada seseorang atau sekelompok orang dengan
struktur sosial masyarakat tempat seseorang atau sekelompok orang tersebut
berada.
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah
sebagai berikut :
Perubahan standar hidup Kenaikan penghasilan tidak menaikan
status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang
lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai
rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat
menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di
masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar
hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti
ketika ia menjadi pegawai rendahan.
Perkawinan Untuk meningkatkan status sosial yang lebih
tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan. Contoh: Seseorang wanita yang
berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga
kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si
wanita tersebut.
Perubahan tempat tinggal Untuk meningkatkan status sosial,
seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke
tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya
yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang
yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh
masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
D. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas
Sosial
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
A. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan
harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam
cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
Struktur Pekerjaan Disetiap masyarakat terdapat beberapa
kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan
Perbedaan Fertilitas Setiap masyarakat memiliki
tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan
berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi
atau rendah
Ekonomi Ganda Suatu negara mungkin saja menerapka
sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern), contoh nya di negara-negara
Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik
yang bersetatus tinggi naupun rendah.
B. Faktor Individu Faktor individu
adalah kualitas seseorang , baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan,
penampilan, maupun keterampilan pribadi. Faktor Individu meliputi :
Perbedaan Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas
sosial.
Orientasi Sikap terhadap mobilitas Banyak cara yang di
lakukan oleh para individu dalam meningkatka prospek mobilitas sosialnya,
antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan
memperbaiki diri.
Faktor kemujuran Walaupun seseorang telah berusaha keras
dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala mengalami kegagalan.
C. Status Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya,
karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya
sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang
tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih
tinggi.
D. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang
hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat
tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang
lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas
E.Situasi Politik
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat
dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi
situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah
yang lebih aman.
F. Kependudukan (Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di
satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya
tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela.
Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman
lain.
G. Keingina Melihat Daerah Lain
Adanya keingina melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan
mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.
H. Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya
perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi
membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat
menimbilkan stratifikasi baru.
I. Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti
fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya,
perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
J.Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam
memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran
pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas
sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan
memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang
mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
K. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat
pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat
dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang
bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan
nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk
lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
L. Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk
melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi
peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu,
menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk
mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
Faktor penghambat mobilitas sosial
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor
penghambat itu antara lain sebagai berikut :
Kemiskinan Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial.
Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat
sulit
Diskriminasi Kelas Sistem kelas terturup dapat menghalangi
mobilitas ke atas, terbukti denga adanya pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi
tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan. seperti yang terjadi di Afrika
Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi
kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di
pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap
berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden
Afrika Selatan
Perbedaan Ras dan Agama Dalam sistem kelas tertutup dapat
memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka
seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama
sesuai keinginannya.
Perbedaan jenis kelamin (Gender) Dalam masyarakat, pria di
pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada
wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status
sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi
yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses
mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang
berlaku.
Perbedaan Kepentingan Adanya perbedaan kepentingan
antarindividu dalam sutu struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu
saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu.
E. Saluran-Saluran Mobilitas Sosial
Angkatan Bersenjata Seseorang yang tergabung dalam angkatan
bersenjata biasabya ikut berjasa dalam membela nusa dan bangsa sehingga dengan
jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik pangkat.
Pendidikan Pendidikan, baik formal maupun nonformal
merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui
pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada
umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan
dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang
rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada
setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang
anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah
lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk
berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis
telah meningkatkan status sosialnya
Organisasi Politik Seorang angota parpol yang profesional
dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status
dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau
eksekutif
Lembaga Keagamaan Lembaga ini merupakan salah satu saluran
mobilitas vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang
mempunyai kedudukan yang sederajat
Organisasi Ekonomi Organisasi ini, baik yang bergerak dalam
bidang perusahan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal.
Organisasi Profesi Organisasi profesi lainnya yang dapat
dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal, antara lain ikatan
Perkawinan Melauli perkawinan seseorang dapat menaikkan
statusnya. Misalnya,seseorang wanita yang berasal dari keluarga biasa saja
menikah dengan pria berstatus sosial ekonominya lebih tinggi. Hal ini
menyebabkan naiknya status sosial nya sang wanita
Organisasi keolahragaan Melalui organisasi keolahragaan,
seseorang dapat meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi
Cara umum memperoleh status
Secara umum terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk memperoleh status
social, yaitu melalui askripsi dan melalui prestasi
Askripsi, yaitu cara memperoleh kedudukan melalui kelahiran,
contohnya system kasta dan gelar kebangsawanan
Prestasi, yaitu cara memperoleh status atau kedudukan dengan
usaha sendiri.
Cara khusus untuk menaikan status :
Perubahan tingkah laku Untuk mendapatkan status sosial yang
tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan
bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai
kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan
sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang
diinginkannya. Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang
dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang
bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan
istilah-istilah asing.
Perubahan nama Dalam suatu masyarakat, sebuah nama
diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan
dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi. Contoh:
Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai
orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di depan nama aslinya.
Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah
sesau dengan kedudukannya yang baru seperti "Raden"
Perubahan tempat tinggal Untuk meningkatkan status sosial,
seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke
tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya
yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang
yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh
masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
Perubahan standar hidup Kenaikan penghasilan tidak menaikan
status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang
lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai
rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat
menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di
masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar
hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti
ketika ia menjadi pegawai rendahan.
Bergabung dengan organisasi tertentu Untuk meningkatkan
statusnya seseorang dapat bergabung dengan organisasi tertentu , sebagai contoh
bergabung dengan organisasi yang berkelas.
G. Dampak Mobilitas Sosial
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya
penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya
mobilitas sosial vertikal, di antara nya:
Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi
mobilitas menurun.
Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status
jabatan yang meningkat.
Keterangan hubungan anatar anggota kelompok primer, yang
semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status
yang lebih rendah.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang
bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai berikut.
Dampak Positif :
Mendorong Seseorang untuk lebih maju Terbukanya kesempatan
untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi
pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang
lebih tinggi.
Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial Masyarakat ke Arah yang
Lebih Baik Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang mengalami
perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan
lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas.
Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
Meningkatkan Intergrasi Sosial Terjadi nya mobilitas sosial
dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial.misalnya, ia akan
menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang di anut
oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi
soaial.
Dampak Negatif :
Timbulnya Konflik Konflik yang ditimbulkan oleh
mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut. : 1)
Konflik Antarkelas Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan. Kelompok dalam
lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan
antarkelas sosial, maka bisa memicu terjadinya konflik antar kelas. 2)
Konflik Antarkelompok sosialKonflik yang menyangkut antara kelompok satu dengan
kelompok yang lainnya. Konflik ini dapat berupa: a. Konflik antara kelompok
sosial yang masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern b. Proses
suatu kelompok sosial tertentu terhadap kelompok sosial yang lain yang memiliki
wewenang 3) Konflik Antargenerasi Konflik yang terjadi karena adanya
benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang
lain dalam mempertahankan nilai-nilai denga nilai-nilai baru yang ingin
mengadakan perubahan.
Berkurangnya Solidaritas Kelompok Penyesuaian diri dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam kelas sosial yang baru merupakan
langkah yang diambil oleh seseorang yamg mengalami mobilitas, baik vertikal
maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa diterima dalam kelas
sosial yang baru dan mampu menjalankan fungsi-fungsinya
Timbulnya Gangguan Psikologis Mobilitas sosial dapat pula
mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, antara lain sebagai berikut. :
Menimbulkan ketakutan dan kegelisahan pada seseorang yang mengalami
mobilitas menurun.
Adanya gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya
Mengalami frustasi atau putus asa dan malu bagi orang-orang yang ingin
naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat mencapainya.